💰⚖️ 10 M atau Triliunan? Mengapa Donasi Pribadi Sering Lebih Dipuji ⁉️

Belakangan muncul perdebatan: ada influencer yang berhasil mengumpulkan Rp10 miliar dan jadi viral — sementara sumbangan negara yang mencapai triliunan jarang mendapat sorotan serupa. Apakah itu wajar? Mari lihat beberapa sudut pandang.

1. Konteks uang dan simbolnya

Uang yang diberikan oleh perorangan sering dipandang sebagai pengorbanan pribadi: mereka menggunakan “keringat sendiri” dan tidak berkewajiban memberikan itu. Itu memberi nilai simbolis yang kuat di mata publik — tindakan sukarela terasa lebih tulus.

2. Publik vs kewajiban negara

Sumbangan negara biasanya dilihat berbeda karena berasal dari anggaran publik atau kebijakan fiskal — jadi masyarakat sering menganggapnya sebagai bagian dari tanggung jawab pemerintah, bukan “kebaikan ekstra”. Karena itu, pujian terhadap negara cenderung lebih tipis dibandingkan pujian untuk donatur pribadi.

3. Hipokrasi dan sentimen publik

Ada juga faktor kemarahan publik: saat warga melihat pejabat yang bekerja tidak maksimal atau kebijakan yang mengecewakan, mereka mudah mengkritik tindakan baik dari warga kaya. Ini kontradiktif — memuji atau mengapresiasi kebaikan seharusnya tidak tergantung pada siapa yang memberi.

4. Yang penting: transparansi dan mentalitas

Daripada saling menjatuhkan, langkah yang lebih produktif adalah menuntut transparansi dan akuntabilitas dari semua pihak — negara maupun donatur besar. Rayakan tindakan baik, sekaligus dorong agar dana dikelola dengan benar dan dampaknya terukur.

Kesimpulan: Tidak salah mengapresiasi donasi pribadi — itu alami. Namun wajar juga menuntut kinerja pemerintah. Yang paling berguna adalah merayakan kebaikan tanpa meninggalkan tuntutan pada akuntabilitas dan kebaikan berkelanjutan.

Apa pendapat Anda? Bagikan komentar: apakah Anda lebih kagum pada aksi pribadi yang mengumpulkan Rp10 miliar, atau pada program besar negara — dan kenapa?